Maka pada penyelanggaraan temu komunitas global ahli matematika dunia, Joint Mathematics Meeting pada awal tahun ini di Baltimore Convention Center AS, NSA sangat antusias mendatangi pertemuan itu.
Jarak tempat pertemuan 3.000 ahli matematika dunia itu tak sampai setengah jam, alias 22 menit dari kantor pusat NSA di Fort Meade.
Dalam kehadirannya di konferensi yang berlangsung empat hari itu, NSA memberi peluang kepada para ahli ilmu pasti itu untuk bergabung dengan badan pemerintah AS itu. Guna menarik perhatian, NSA berujar, sebagai badan pemerintah yang terbanyak memiliki karyawan berlatar belakang matematika.
Namun, tokoh ahli matematika, Thomas Hales, yang merupakan profesor Univesitas Pittsburgh menolak para ahli matematika direkrut NSA. Hal ini dimaklumi, sebab borok NSA muali terbongkar usai mantan kontrator NSA, Edward Snowden membocorkan dokummen program pengawasan setahun silam.
Agar para ahli tak dibajak oleh NSA, Hales bahkan rela mendanai kelompok kebebasan sipil asal San Francisco, Electronic Frontier Foundation (EEF) agar terbang ke Baltimore guna mengamankan ahli matematikawan dari incaran NSA.
Hales menegaskan, ahli matematika bekerja untuk pembelaan perjuangan.
"Matematikawan membantu pertahanan nasional seperti jalan yang ditempuh Archimedes, membela pengepungan Romawi dan merancang ketapel," tegas Hales.
Ia juga mengungkapkan matematikawan Lewis Fry Richardson menghancurkan karyanya, setelah menyadari riset gas beracun diincar oleh badan keamanan itu. Hales pun mengakui matematikawan juga terlibat dalam Proyek Manhattan yang mengembangkan senjata nuklir.
Banyak matematikawan bekerja untuk NSA atau organisasi yang memiliki hubungan dengan itu. Mereka terlibat dalam pengembangan pengenalan wajah dan pengawasan massa berbasis big data.
"Tetapi, jika privasi hilang dari muka bumi, metematikawan akan menjadi biang keroknya," ujar dia.
Kalah saing dengan NSA
Guna memecah perhatian para matematikawan, EEF pun mengirim staf teknologi perempuannya, Yan Zhu. Di konferensi itu, ia mengaku perhatian memang tersedot ke booth NSA.
Hampir semua peserta tertarik melihat ke booth NSA dan Zhu mengakui, pengajuan lamaran magang di lembaga pemerintah AS itu menumpuk.
Zhu merasa kecewa dengan pilihan sebagian besar matematikawan dan rendahnya perhatian mereka pada kekhawatiran kebebasan sipil.
"Saya menyadari matematikawan tak memiliki banyak pilihan karir lain. Dan, kami menunjukkan EEF telah mempekerjakan banyak matematikawan. Kami memang tak merekrut, hanya mencoba memberitahu kepada mereka ada orang yang sangat menentang NSA," paparnya.
Penolakan NSA menggelombang
Kendati dibanjiri minat matematikawan, namun penolakan metematikawan juga makin menggelombang. Misalnya, American Mathematical Society (AMS), organisasi keanggotaan matematikawan memuat newsletter dari Profesor Alexander Beilinson dari Universitas Chicago. Ia meminta organisasi matematikawan itu berhenti menerima hibah dari NSA.
"NSA menghancurkan keamanan internet dan komunikasi privasi di seluruh planet," tulis Beilinson.
AMS juga bersikap arif dengan tak mencegah anggotanya yang berminat bekerja di NSA. Namun, organisasi itu memutuskan berhenti menerima hibah.
Matematikawan lain dari Universitas Standford, Keith Devlin mengaku dikhianati jika apa yang dipelajari kemudian ditiru oleh komunitas intelijen.
"Saya pikir matematikawan harus menolak untuk bekerja di NSA sampai mereka mengikuti konstitusi AS dan menunjukkan tanggung jawab penggunaan alat matematika," tegas Devlin yang telah mengerjakan proyek Departemen Pertahanan AS usai teror 11 September.
Hales mengatakan, perlawanannya terhadap NSA itu terusik usai respons publik yang marah atas borok NSA.
"Sebagai warga negara, saya marah atas apa yang terjadi dan menemukan ukuran kecil respon publik yang sangat menganggu. Saya benar-benar berharap hal-hal berubah pada matematika sebagai dampak dokumen Snowden," ujar dia.